Ketika kita bicara soal bullying, berapa kejadian yang muncul di pikiran teman-teman? Sebenarnya, kalau kita perhatikan, bullying bisa muncul di mana saja. Namun, bullying atau perudungan tampak seperti suatu permasalahan yang selalu muncul di dunia pendidikan. Banyak individu menyuarakan pendapatnya terkait betapa buruk dampak yang ditimbulkan dari bullying dan harapan agar suatu saat hal ini akan berakhir.

Lantas, kenapa tetap saja terjadi?

Mari kita mundur sejenak untuk membahas, sebenarnya apa itu bullying.

Bullying, atau perudungan adalah suatu bentuk tindakan agresif di mana seseorang secara sengaja dan berulang, menyebabkan orang lain merasa tidak nyaman, hingga terluka. Bullying dapat berupa kontak fisik, perkataan, atau tindakan lainnya. Malah terkadang, orang-orang juga tidak tahu bahwa apa yang mereka lakukan termasuk bullying, dan bahwa mereka telah menyakiti orang lain. Jika dikategorikan, berbagai bentuk umum dari perilaku bullying antara lain:

  1. Fisik (memukul, menendang, mendorong)
  2. Verbal (mengejek, mengintimidasi, menghina)
  3. Sosial (kerap disebut bullying tersembunyi, misalnya berbohong dan menyebarkan rumor/fitnah, memberikan tatapan/gesture negatif, mendorong orang lain untuk menjauhi korban, merusak reputasi sosial korban); dan
  4. Cyberbullying (perudungan melalui gadget dan dunia maya).

Yang unik adalah, korban bullying biasanya tidak melakukan apapun yang dapat menjadi “pemicu” perilaku bullying.

Terus, alasannya apa? Beberapa hal yang umumnya menjadi alasan bullying adalah:

1. Adanya keinginan untuk memiliki kendali akan orang lain. Pelaku bully melakukan tindakan bully agar merasa lebih superior dari korban. Hal ini juga berkaitan dengan keinginan mereka untuk mendapatkan apa yang mereka mau. Misalnya, eksistensi tingkatan kelas yang berbeda > senior – junior > senior lebih berkuasa daripada junior.

2. Untuk membuat diri mereka merasa lebih baik daripada orang lain. Misalnya, karena pelaku merasa korban menjadi lebih populer daripada mereka, atau merasa iri dengan korban.

3. Prejudice/Prasangka. Bullying terkadang melibatkan pelaku mengomentari atau menghakimi korban, misalnya terkait penampilan, berat badan, disabilitas, gender, budaya, dan status sosial ekonomi. Prasangka ini dapat muncul dari pengaruh keluarga atau lingkungan sosial.

4. Hubungan keluarga. Lingkungan keluarga yang permisif, kurang menetapkan aturan, sering berkonflik, atau justru penuh aturan, dapat pula mempengaruhi tindakan bullying.

5. Hubungan pertemanan. Keinginan untuk mendapatkan dukungan dan rasa aman dari kelompok pertemanan, menjadi faktor yang dapat mempengaruhi seseorang akhirnya ikut melakukan tindakan bullying (agar ia dapat diterima oleh kelompok pertemanannya).

Ini baru beberapa loh, mungkin dari teman-teman ada yang menyadari bagaimana karakteristik perilaku bullying bisa muncul pada seseorang/suatu kondisi.

Terus, apa yang bisa kita lakukan?

Akan kita lanjutkan di Part 2 ya!

Referensi:

American Psychological Association. https://www.apa.org/topics/bullying.
Fauzia, Y.R. 2021. Bullying at School: What are the Motives and Causes?. Proceeding of the 1st International Conference on Social Sciences and Education. 33-40. National Centre Against Bullying. https://www.ncab.org.au/bullying-advice/bullying-for-parents/