Ada dua tipe kepribadian yang sangat umum dikenal semua orang, banyak sekali artikel yang membahas mengenai apa sebenarnya dua kepribadian ini karena seringkali dianggap salah digunakan, siapa lagi kalau bukan Introvert dan Extrovert.

Introvert dipandang sebagai si penyendiri, nolep, yang tidak suka berinteraksi sosial.

Extrovert dipandang sebagai si sosialita, supel dan cenderung disukai di lingkungannya.

Terus, ada satu lagi nih, namanya Ambivert, yang dipandang sebagai si dia yang mampu menyesuaikan diri secara sosial ketika dibutuhkan, praktis ya.

Sebelum kita bahas “tiga beradik” ini, kita bahas sebentar yuk sebenarnya definisi “kepribadian” itu sendiri apa.

Kepribadian adalah karakteristik dan perilaku yang meliputi penyesuaian unik seseorang atas kehidupan, termasuk sifat-sifat utama, minat, dorongan, nilai, konsep diri, kemampuan dan pola emosi (APA Dictionary).

Nah, ada lagi yang namanya “sifat kepribadian” (personality trait), sebagai karakteristik individu yang relatif stabil dan konsisten, dapat berupa bola perilaku, sikap, perasaan, dan kebiasaan (APA Dictionary).

Sama, Introvert-Extrovert ini dinilai relatif stabil dan konsisten pada diri individu. Ada juga yang menyebutkan Introvert-Extrovert sebagai “spektrum”, yang artinya seseorang dapat memilliki kedua tipe kepribadian tersebut, atau bisa juga didominasi oleh salah satunya. Oleh karena itu, akhirnya muncul lah istilah “Ambivert” untuk menggambarkan gabungan keduanya.

Introvert dapat diartikan sebagai keadaan di mana individu lebih berfokus/tertarik pada diri sendiri (internal). Biasanya mereka menyukai kesendirian/kesunyian, instrospeksi ke dalam daripada ekspresif ke luar, lebih menyukai menulis daripada berbicara, dan minat sosial yang rendah. Introvert juga dapat menunjukkan minat pada kegiatan sosial sementara, namun mereka lebih memilih berbagi cerita pribadi dengan beberapa orang saja, dan dapat merasa kelelahan setelah berinteraksi dengan orang banyak (people exhaustion). Namun, introvert memiliki kelebihan dalam hal kemampuannya untuk melakukan refleksi/pemikiran mendalam dan kemandirian dalam bekerja.

Sebaliknya, extrovert adalah keadaan di mana individu lebih berfokus/tertarik pada situasi di luar diri (eksternal). Extrovert menyukai interaksi sosial, talkatif, antusias, dan asertif. Mereka mendapatkan energi dengan berada bersama orang lain. Oleh karena itu, extrovert memiliki kelebihan dalam hal bekerja dalam situasi kelompok, public speaking, dan melibatkan interaksi dengan orang lain.

Terakhir, ada ambivert. Ambivert dapat merasa nyaman berada dalam situasi kelompok atau yang melibatkan interaksi sosial, namun juga menikmati me-time, jauh dari keramaian. Ambivert dapat dengan mudah beradaptasi secara sosial. Misalnya, ambivert dapat menjadi lebih introvert ketika berhadapan dengan orang asing, namun lebih extrovert ketika bertemu dengan sahabat dekat.

Penentuan apakah Ambivert kemudian menjadi kepribadian yang dianggap “ideal” masih perlu dipelajari lebih lanjut. Namun, tidak ada salahnya bagi individu yang cenderung introvert  untuk berlatih dan memperoleh beberapa kemampuan terkait ekstroversion, dan sebaliknya, bagi inidividu yang cenderung extrovert untuk berlatih dan mempelajari kemampuan introversion, guna meningkatkan kemampuan adaptasi dalam berbagai situasi kehidupan dan menghindari perkembangan defense mechanisms atau tujuan hidup yang neurotik (contoh: kebutuhan akan kekuasaan, kebutuhan akan eksploitasi orang lain, dll).

References:

APA Dictionary of Psychology. Updated on 2018. https://dictionary.apa.org/personality-trait

APA Dictionary of Psychology. Updated on 2018. https://dictionary.apa.org/personality

Petric, D. 2022. The Introvert-Ambivert-Extrovert Spectrum. Open Journal of Medcal Psychology,