Memilih jurusan bukan hal yang mudah. Apalagi saat ini banyak sekali pilihan yang tersedia. Perguruan Tinggi Negeri atau Swasta? Jurusan A atau B? Dalam atau Luar Negeri? Berbagai hal perlu dipikirkan matang-matang oleh calon Maba. Jangan sampai jadinya malah, seperti yang orang bilang, salah jurusan.

Setiawan (2013) mengatakan biasanya banyak orang yang memilih jurusan karena trend dan prospek kerja yang menjanjikan, sehingga mengesampingkan kemampuannya. Jarang ada mahasiswa berani mengambil jurusan linier dengan hobinya. Padahal di balik itu, hobi menentukan kesuksesan seseorang, seperti orang-orang sukses di luar sana.

Bagaimana melihat fenomena Mahasiswa salah jurusan dari sudut pandang psikologis nih?

Mahasiswa salah jurusan adalah mahasiswa yang menjalani perkuliahan tidak sesuai dengan minatnya. Mahasiswa salah jurusan rentan mengalami konflik psikologis, akademik dan relasional. Konflik yang dialami dapat menyebabkan stres dan memengaruhi psychological well-being (Kesejahteraan Psikologis).

Apakah penyebabnya?

  1. Pada saat masuk Perguruan Tinggi, mahasiswa masuk pada jurusan yang tidak sesuai dengan minatnya.
  2. Disebabkan karena pemilihan jurusan berdasar pada pertimbangan passing grade yang rendah, kurangnya informasi yang memadai berkaitan dengan pilihan jurusan atau pengaruh dari significant person (orang tua, saudara, pacar, dan sebagainya).

Siswa yang sudah mengetahui minatnya akan lebih mudah dalam memilih jurusan. Berbeda dengan siswa yang belum memiliki gambaran jelas mengenai karir yang akan digeluti di masa depan, keputusan memilih jurusan kuliah cenderung mudah dipengaruhi oleh significant other, seperti orangtua dan teman sebaya, serta favorit suatu jurusan. Selain itu, beberapa siswa mencari informasi terlebih dahulu mengenai jurusan yang akan dipilih sebelum membuat keputusan.

Terus, ketika merasa salah jurusan namun tetap menjalani perkuliahan, apa kira-kira yang bakal terjadi?

Penelitian yang dilakukan oleh Intani dan Surjaningrum (2010) dengan 3 sampel mahasiswa salah jurusan yang berada di semester 5 dan 7 menyatakan bahwa, mahasiswa salah jurusan mengalami konflik psikologis, akademik dan relasional.

  1. Konflik psikologis, seperti tertekan, putus asa, depresi, tidak nyaman, sakit hati, marah, capek, jengkel, pusing, kecewa dan menyesal.
  2. Konflik sosial, seperti pelabelan negatif, diacuhkan teman jurusan, tidak dekat dengan teman jurusan, minder, diremehkan, konflik dengan dosen dan konflik dengan orangtua.
  3. Konflik akademik, seperti IPK rendah, mengulang mata kuliah, perpanjangan masa kuliah, bolos kuliah, tidak memiliki motivasi, malas belajar, sulit memahami mata kuliah dan tidak berkembang.

Nah menurut Gunadi et al (2007), ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam melakukan pemilihan jurusan agar jurusan yang dipilih tepat, berikut tips memilih jurusan yang tepat menurut Gunadi (2007):

  1. Mencari informasi secara detil mengenai jurusan yang diminati.
  2. Menyadari bahwa jurusan yang dipilih hanya merupakan salah satu anak tangga awal dari dari proses pencapaian karir selanjutnya.
  3. Jurusan yang dipilih sebaiknya sesuai dengan kemampuan dan minat siswa yang bersangkutan.
  4. Berpikiran jauh ke depan melihat konsekuensi dari setiap pilihan.
  5. Jurusan yang dipilih sebaiknya sesuai dengan cita-cita anak.
  6. Menyiapkan beberapa alternatif.

Kuliah membutuhkan banyak biaya dan waktu yang tidak sebentar. Jadi, selagi masih belum terlanjur, pertimbangkan jurusan kuliah yang benar-benar tepat untuk kamu. Jangan sampai nantinya putus di tengah jalan. Kamu bisa belajar dan mempersiapkan sendiri atau mintalah bantuan dari orang lain maupun tenaga ahli.

Di Magna Penta juga bisa loh membantu mengetahui arah minat dan bakat kamu! Kesesuaian dengan jurusan yang kamu pilih, atau alternatif jurusan yang bisa kamu ambil. Lengkap dengan konsultasi bersama Psikolog untuk mengetahui apa aja yang bisa kamu siapkan untuk mencapainya sebelum masuk ke dunia perguruan tinggi! Yuk kita cari tahu dulu minat dan bakat kamu seperti apa sebelum jadinya salah jurusan!