“Self-care” telah menjadi istilah yang populer di kalangan pengguna sosial media, biasanya dibarengi dengan istilah “self-love” atau “self-compassion”. Beberapa tahun terakhir ajakan/gerakan self-care mulai terdengar. Orang-orang seperti mulai menyadari bahwa kita perlu untuk memperhatikan dan merawat diri sendiri.
Sebenarnya ya, self-care ini sudah eksis sejak tahun 1950an. Mengapa penting? Karena kaitannya dengan kualitas hidup, yakni perasaan puas dan bahagia dalam melakukan aktivitas keseharian. Jadi, perlu kesadaran utuh untuk melakukannya. Nah, merawat diri ini penting karena dapat meningkatkan kesehatan tubuh baik secara fisik maupun psikis. Kalau kita puas dan bahagia, maka pola pikir pun menjadi lebih positif. Ini sangat berpengaruh dengan cara kita menjalani rutinitas keseharian termasuk merespon persoalan yang muncul. Hubungan dengan relasi dan keluarga juga lebih baik.
Self-care ini terdiri dari 6 area dimensi, yaitu:
Self-care area fisik > merawat tubuh dengan aktivitas olahraga secara rutin. Lalu tidur yang berkualitas. Makan dan minum yang bernutrisi. Yang penting, harus dilakukan dengan senang hati bukan keterpaksaan.
Self-care area emosi > ini penting untuk lebih sadar dan mengenali emosi yang sedang muncul di tubuh. Emosi itu sebetulnya hal yang baik loh, gak harus melulu negatif. Emosi itu kayak alarm tubuh, yg mengingatkan kita bahwa ada suatu yang mengancam nih.. nah dengan mengenali emosi dan meregulasinya, kita bisa lebih cerdas dan selektif untuk melakukan tindakan mana yang baik dan mana yang merugikan.
Apa yang bisa dilakukan? Kita dapat melakukan journaling, yaitu melakukan monitoring diri sendiri. Jadi kita menulis hal apa saja yang dirasakan (bisa di buku diary) pada satu hari itu. Baik mood yang kita rasakan ataupun kebiasaan yang kita lakukan. Jadi kaya menulis diary, tentang kegiatan kita dan perasaan yang menyertainya. Nah, mood dan kebiasaan tadi bisa diamati loh.. misal selama seminggu coba amati dan renungkan apa yang terjadi. Selama sebulan, emosi apa yg sering muncul dan sedang melakukan apa waktu itu. Bisa dicek juga di diary tersebut, udah rutin belum olahraganya, pola makan dan pola tidurnya gimana, dll. Dari situ, bisa diambil kesimpulan dan penilaian kita untuk kita perbaiki ataupun kita tingkatkan.
Nah journaling ini juga penting bagi yang tidak terbiasa curhat ke orang lain. Teman-teman dapat menggunakan metode ini untuk mengekspresikan perasaan kita.
Self-care area spiritual > lebih pada keyakinan spiritual kita sesuai dengan agama dan keyakinan yang kita anut. Contohnya dengan sembahyang, beribadah, meditasi, dapat meningkatkan keyakinan diri bahwa kita mampu menghadapi persoalan.
Self-care area intelektual > memuaskan diri dengan menambah pengetahuan yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kita. Banyak kan kita temui, orang-orang memang hobinya belajar, membaca buku, belajar bahasa, dll. Karena mereka merasa happy melakukannya.
Self-care area sosial > menjalin interaksi dengan teman, bergaul, pergi bareng, diskusi tukar pendapat, cuma kadang kita sering menemui orang-orang yang senang sendiri dan berkelompok. Itu sebenarnya hanya berbeda level kenyamanannya saja. Ada orang yang lebih nyaman dengan sedikit teman, ada orang yang nyaman dengan keramaian. Intinya yang terpenting adalah membangun koneksi dengan orang lain.
Self-care area sensori > aktivitas yang dapat meningkatkan kepekaan indra sensori kita. Seperti penciuman, rasa, touching/raba, pandangan maupun pendengaran. Misalnya, mendengarkan musik mampu menenangkan pikiran dan hati. Jalan-jalan menikmati pemandangan di rumput tanpa alas kaki, dll. itu juga bisa mengaktifkan indra sensori kita. Self-care itu perlu di manage. Artinya, ada kesadaran diri untuk mengelola tindakan2 Self-care tadi. Jadi disesuaikan kebutuhan aja. Jadi kalau kita merasa sudah happy, sudah terpenuhi, sudah gak BT lagi, berarti udah cukup. Dan kita bisa lanjutkan aktivitas kita yang produktif. Selain itu, Self-care juga perlu dipelihara. Makanya, yuk jadikan Self-care ini menjadi rutinitas.